Wednesday, November 13, 2013

Officially Waras

Bangunan itu memiliki desain yang bagus, setidaknya tampak depannya. Bahkan katanya selepas tsunami 2004, banyak perbaikan yang dilakukan, sehingga lebih manusiawi dan layak. Dibagian depannya tertulis dengan huruf tegas dari logam, Rumah Sakit Jiwa.

Surat Izin Mengemudi yang telah lama tak sadarkan diri, (sejak 2011) dan baru saya sadari itu beberapa waktu lalu membuat saya harus mengurus perpanjangan SIM secepatnya.

Setelah menimbang berbagai pilihan dana yang sangat terbatas, akhirnya saya meraih pisau meletakkan di leher celengan ayam plastik, Bismillah.Memastikan sesuai aturan saat menyembelih, akhirnya celengan ayam itu memberikan bantuan terakhirnya. Dengan senyum ikhlas dia menuntaskan tugasnya.

Di Rumah Sakit Jiwa, saya tidak bisa tidak merasa agak bingung. duduk dalam baris panjang di depan ruang poliklinik, bercampur baur dengan pasien, calon pasien, atau keluarga dan petugas jadi agak membingungkan. Ingin memulai percakapan dengan orang di samping saya pun jadi ragu, pasienkah? atau keluarga pengantar?

Terlebih pengalam kemarin siang masih membekas.

Ceritanya, kemarin siang saya pergi ke RSJ ini juga. Di depan ruang admnistrasi yang kosong, saya berdiri bingung tidak tahu hendak bertanya kepada siapa. Pos satpam pun kosong. Lalu seorang pemuda yang sedang sibuk membaca sesuatu dihandphonenya masuk. Melihat saya berdiri bingung, pemuda berpakaian rapi itu mendekat. Bajunya kemeja rapi lengan panjang, dengan celana kain dan sepatu. Sambil tersenyum ramah ia mendekat dan menyapa, "Maaf pak, ada yang bisa dibantu?"
Saya menjelaskan bahwa saya ingin membuat surat keterangan sehat jiwa sebagai salah satu syarat perpanjangan SIM. Dia tersenyum, meminta saya menunggu sebentar, lalu mengetuk pintu ruangan lain, seorang gadis dengan baju dokter keluar, sejenak mereka berbicara lalu anak muda itu pergi.

Gadis itu mendekat, dokter koas ternyata. Setelah mendengar penjelasan saya ia menganjurkan saya kembali keesokan hari. Memang saat itu sudah agak sore. Saat saya hendak keluar, si dokter koas itu mendadak bertanya.
" Maaf, pak. Tadi bicara apa saja dengan yang manggil saya."
" Nggak banyak, cuma bilang saya mau urus surat. Kenapa ?"
" Abang itu pasien disini, pak." ujarnya sambil tersenyum.

Gara-gara kejadian itu, saya akhirnya memilih diam saja selama menunggu. Tak lama saya dipanggil. Setelah mengikuti ujian tertulis dan 'ngobrol' dengan psikolog, sehelai surat diserahkan.

Dengan terharu saya membacanya, tercetak dengan font Times News Roman, 12 pt, spasi satu setengah.
Telah diperiksa kesehatannya dengan menggunakan General Health Quistioner (GHQ), tidak ada tanda gejala gangguan jiwa, fungsi mental dalam batas normal (sehat jiwa).
Akhirnya setelah 34 tahun, dan sangat yakin bahwa saya tidak gila. Saya secara resmi dinyatakan dalam satu dokumen resmi negara dan telah melalui pembuktian ilmiah. I am officially waras.


  1. Hahaha.... berarti kalau mau perpanjang sim harus buat surat tidak gila ya bg? waduh sim aslan juga sudah mati ni.. :D

    oiya buat surat tidak gila bayar juga bang?

    ReplyDelete

Start typing and press Enter to search