Friday, January 24, 2014

Membangun, bukan menemukan.

"You are what you believe, seriously. Kamu itu adalah apa yang kamu percaya, beneran, ga bohong. Tuhan tidak akan merubah nasip suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang merubahnya. Itu janji Tuhan dalam Al-Quran. "

Source : Gettyimages (RF)

Selalu terasa mudah ketika saya membaca buku motivasi, atau menonton tayangan motivasi di televisi. Hanya dalam hitungan sekian menit, seolah tubuh dan pikiran dibanjiri energi tanpa batas. Lalu setelah beberapa belas menit, semangat itu mulai menurun. Masalah yang tadi terlihat sudah mengecil, perlahan-lahan mulai mebesar lagi. Sehingga akhirnya dalam hitungan jam, semua kembali seperti semula. Dan yang saya lakukan adalah mencari buku motivasi lagi, mengunduh video motivasi dari youtube, atau menunggu tayangan motivasi lagi di televisi.

Kalau kondisi sebelum dan sesudah menonton atau membaca -- bisa juga mendengar, karena sekarang banyak audio book -- motivasi itu bisa diumpamakan, saya merasa itu seperti menikmati secangkir kopi. Ketika cafein membanjiri pembuluh darah rasanya semangat dan energi meningkat. Lalu ketika dosis cafein mulai berkurang dalam darah, perlahan-lahan kita kembali merasa kurang bersemangat, kurang segar, kurang bertenaga.

Jujur saja, itu yang selama bertahun-tahun saya rasakan. Dan selalu ‘jawaban’ yang terpikirkan adalah saya belum punya cukup motivasi, masih kurang wawasan. Saya kembali berburu buku baru, materi baru. Bahkan rela menyisihkan penghasilan yang tidak seberapa untuk mengikuti training motivasi dengan harga sangat mahal, berhutang kalau perlu.

Mengapa? Karena ketika membaca buku-buku motivasi itu, saya juga membaca bagian testimoni. Pernyataan yang berasal dari peserta yang hidupnya berubah karena mengikuti pelatihan yang luar biasa dari si penulis buku itu.

Dan hasilnya, tidak seperti yang diharapkan.

Lalu apakah salah mengikuti pelatihan motivasi, atau membaca buku motivasi, atau menonton tayangan motivasi? Sepenuhnya tidak salah. Hanya saja ada yang salah rasanya ketika kita menggantungkan harapan akan menjadi pribadi yang lebih baik, atau akan menjadi orang yang lebih tangguh, pada orang lain.

Di meja kedai kopi kembali ada penegasan saya dapatkan. Seorang teman yang saya tahu juga orang yang roda kehidupannya sedang macet pada posisi susah, siang itu hadir dengan senyum yang lebih ceria. Kebetulan memang, keempat sisi meja itu diisi oleh kami yang mencoba sejenak melupakan susahnya hidup dengan menikmati secangkir kopi pahit tanpa gula, agar pahitnya kopi membuat hidup seolah kurang pahit.

Melihat senyum, semangat, dan nada bicara yang gembira. Kami hanya memikirkan satu hal. Teman ini telah menemukan jalan, dan kami harus mendapatkan cerita tentang jalan itu. Bayangan dalam pikiran kami kemungkinan besar sama. Satu buku yang sangat inspiratif, atau ada sebuah film yang menggugah dan menguatkan, atau bisa jadi pelatihan yang luar biasa dahsyat menggubah dan menggugah.

“Tidak ada buku, film atau pelatihan. Saya cuma berhenti mengharapkan orang lain. Sekarang hanya ada saya dan Tuhan” Jawabannya jauh dari yang kami bayangkan. Lalu ketika teman itu mulai menjelaskan semuanya jadi masuk akal.

Berhenti mengharapkan orang lain. Bukan berarti tidak percaya lagi kepada orang-orang disekitar kita, tapi merubah sudut pandang. Tidak lagi berfikir bahwa perubahan itu hanya mungkin terjadi dari orang lain. Membaca buku, menonton tayangan motivasi, mengikuti pelatihan motivasi, sejujurnya adalah pernyataan, bahwa kita sudah percaya diri kita tidak baik. Kita menyatakan bahwa seorang yang lebih baik diluar sana akan bisa membuat kita menjadi lebih baik.

Ketika semua sudah kita lakukan, dan tidak ada perubahan, kita mulai mencari yang kita anggap yang lebih baik dari orang baik sebelumnya. Lalu ketika kembali tidak berhasil, kita mengulangi cara yang sama dengan mencari sosok yang baru lagi.

Kita lupa, semua itu akan sia-sia, bila kita sendiri tidak percaya kita bisa.

Sebagus apapun yang dikatakan, yang diajarkan, yang disampaikan kepada kita, semuanya akan terpental dari pikiran kita bila kita sendiri tidak mempercayai kita bisa. Buku motivasi, tayangan dan pengalaman orang lain itu memang sangat berguna, karena itu nikmat Tuhan. Kita tidak perlu bersusah payah mengalami kehidupan si penulis buku yang selama puluhan tahun menderita, kita cukup membaca bukunya, paling lama satu bulan, dan pelajaran hidup itu kita dapatkan.

Tapi itu semua tak berguna bila kita tidak yakin kalau kita punya kemampuan untuk menjadi lebih baik. Awalnya mesti diri kita dulu. Semuanya berawal dari diri kita dulu. Karena semuanya memang ditentukan oleh diri kita.

Membaca buku motivasi atau menonton tayangan motivasi, atau mengikuti pelatihan motivasi itu menambah informasi, nambah masukan data di kepala. Tapi itu seperti menanam bibit, sedangkan kita tidak punya tanah, tidak ada kebun. Tanamnya di atas apa? Tidak akan ada yang tumbuh.

"Life isn't about finding yourself. Life is about creating yourself, kata George Bernard Shaw. Hidup ini bukan menemukan diri kita, tapi soal membangun diri kita. Pada kenyataannya memang tidak ada yang perlu menemukan diri, karena memang kita tidak pernah hilang." 

Life isn't about finding yourself. Life is about creating yourself, kata George Bernard Shaw. Hidup ini bukan menemukan diri kita, tapi soal membangun diri kita. Pada kenyataannya memang tidak ada yang perlu menemukan diri, karena memang kita tidak pernah hilang. Kalau semua menjadi lebih buruk, pola fikir kita jadi lebih buruk, sikap kita jadi lebih buruk, itu karena kita memang membangun diri kita jadi lebih buruk. Kita kumpulkan alasan yang ada untuk membenarkan bahwa kita memang tidak baik, kita tidak berkualitas. Lalu lama kelamaan kita jadi percaya bahwa kita memang buruk. Karena kita percaya kita jadi buruk, ketika kita mau melakukan apapun, sudah dengan pikiran bahwa tidak akan berhasil. Kita melakukannya dengan setengah hati, tidak lagi bersungguh-sungguh, hasilnya besar kemungkinan seperti yang kita yakini itu, buruk.

Berhenti mengharapkan orang lain. Sekarang saatnya kita mengharapkan diri sendiri. Kita menjadikan diri kita sebagai pemeran utama. Tokoh utama. Kitalah inti cerita. Kita menyakini ini cerita bukan tentang orang, ini cerita tentang kita. Sehebat apapun orang lain, kita yang punya kuasa pada diri kita. Mau berubah? Kita yang menentukan sendiri.

You are what you believe, seriously. Kamu itu adalah apa yang kamu percaya, beneran, ga bohong. Tuhan tidak akan merubah nasip suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang merubahnya. Itu janji Tuhan dalam Al-Quran.

Artinya sangat sederhana. Sebelum mengharapkan orang lain membantu kita untuk jadi lebih baik, kita sendiri yang mesti mengusahakan jadi lebih baik. Tuhan tidak menciptakan kita untuk menderita, maka setelah kita berjuang keras, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita.
  1. sudah dua kali membaca tentang spirit 'selftalk' yang berseliweran di facebook, menurut Ihan itu bagus sekali untuk mensugesti diri. Berfikir positif dan selalu mengafirmasi hal-hal positif yang kita inginkan. Kebanyakan baca buku motivasi atau seminar motivasi, kalau kitanya tidak bergerak ya sama saja :-D, tidak akan berdampak pada kehidupan kita. Adakalanya seorang motivator belum tentu seorang 'pelaku', mereka cuma bisa memberi semangat :-D #yangpentingudahkomen wkwkwkw

    ReplyDelete

Start typing and press Enter to search