Monday, January 22, 2018

Membagi Harta Curian



"Apakah karena dia banci? Lalu kamu membencinya?" pertanyaan yang terucap pelan itu mendadak muncul di sela jeda diam ketika kami menyeruput kopi.
Saya menimbang sejenak sebelum memutuskan menjawab apa adanya. Sejujurnya secangkir kopi yang saya pesan ini hanya sekedar pengisi waktu menunggu kantor Pos buka. Dan kebetulan bertemu dengan seorang teman yang sudah lebih dulu ada ketika saya tiba di warung tak jauh dari kantor Pos ini.

Pertanyaan tadi, cukup saya pahami merujuk pada beberapa status di linimasa Facebook saya.

"Karena perintah berjilbab untuk muslimah, bang." Saya menjawab. Lalu menjelaskan mengenai sosok banci yang ditanyakannya, seorang laki-laki yang menganggap dirinya perempuan, dan memutuskan berjilbab sebagai wujud hijrahnya. "Saya tidak membencinya. Dia manusia seperti kita. Tapi kesalahan tetaplah kesalahan. Diperbaiki, bukan dibiarkan."

"Bagaimana caranya dia menyebut itu hijrahnya dia kembali ke Islam, sementara dia melakukan tindakan yang secara nyata dilaknat Rasulullah. Ketika berkilah soal aturan itu, mencari pembenaran, bukankan artinya dia membuat hukum baru, bukankah itu tak beda dengan menjadikan dirinya melebihi Rasulullah. "

Laki-laki di depan saya berargumen. Nyaris sekata dengan beberapa teman yang menganjurkan toleransi saja. Memaklumi. Lihat sisi baiknya.

Ah, kawan. Tak ada sisi baiknya. Dari tindakan penipuan identitas itu. Menjadi pemeluk agama manapun itu sepaket dengan aturan agama. Tak bisa dipotong dan diambil yang disuka saja. Tanyakan pada alim ulama atau pemuka agama manapun. Bolehkan beragama sesuka hati, bahkan menciptakan aturan sendiri di atas aturan Tuhan.

"Itu seperti merampas kebun milik orang, lalu menanam pohon buah-buahan. Panennya dibagikan ke banyak orang. Apakah itu kebaikan, Bang?" Saya melihat dia menggeleng pelan.

Tak ada pertanyaan lagi. Kami pun harus menuntaskan urusan masing-masing. 

Di kantor Pos, sambil menunggu dalam antrian, saya teringat pada kisah Robin Hood.

Bagi saya Robin lebih baik daripada banci yang tadi kami bicarakan. Robin tidak menyembunyikan identitasnya. Bahkan dia jujur menyebutkan siapa dirinya. Pencuri budiman. Ya, dia jujur mengakui dirinya pencuri.

Pada akhirnya memang ketika beragama, ujian terbesarnya adalah maukah kita mengikuti dan beriman pada agama itu. Atau mencari cara membohongi dunia untuk mendapatkan pembenaran dan sebenarnya beriman pada ego dan keinginan kita melangkahi agama.

Begitulah, tak ada pilihan netral. Kita harus memilih di sisi mana kita berdiri.

Post a Comment

Start typing and press Enter to search