Monday, March 2, 2015

Gagal Fokus

source : www.artandesignews.com
Masa-masa sekarang ini, kalimat pendek ‘Gagal Fokus’ adalah salah satu kalimat yang masuk kelompok, sangat populer. One of the most famous word[1] dalam percakapan di dunia maya. Entah itu sebagai hastag atau sekadar bumbu dalam obrolan. Kalimat pendek ini bahkan lebih fenomenal dibanding ‘Cetar Membahana’ atau ‘demi Tuhan’ yang sempat mencetak nama besar dalam ranah percakapan. Yang terbaru adalah 'Disitu kadang saya merasa sedih.' yang agak kepanjangan, sehingga sering terlalu memaksa dijadikan bagian dari percakapan.

Mungkin[2], karena ‘Cetar Membahana’ terlalu lekat dengan seorang artis yang menurut saya sebenarnya cantik, kalau mau mengurangi kuantitas tata riasnya dan fokus pada kualitas. Sedangkan kalimat ‘demi Tuhan’, agak kurang nyaman digunakan. Karena sebagai orang timur, yang berbudaya, beragama, terdidik dan baik akhlaknya, kita semua paham, tidak baik bawa-bawa nama Tuhan sembarangan.
Jadi menarik ketika bicara soal Gagal Fokus, ketika hal itu justru dilakukan oleh pengambil kebijakan. Dan contoh menariknya baru saja terjadi beberapa waktu kemarin.

Menonton televisi, dengan terkejut saya melihat berita tentang hilangnya pesawat Air Asia di atas perairan Indonesia. Semenajung melayu dan sekitarnya masih belum pulih dari tragedi sejenis yang menimpa dua pesawat Malaysia[3] lainnya.

Rasa duka saya kian besar ketika kemudian, setelah pencarian besar-besaran. Pesawat itu ternyata telah jatuh. Dunia kembali berduka. Menambah daftar duka yang besar. Pembantaian di Suriah dan Yaman, juga konflik di beberapa negara Asia. Palestina masih menderita. Di Afrika kehidupan kembali bergolak. Banyak, sangat banyak.

Dan mendadak di tengah segala duka itu. Salah satu menteri mengeluarkan penyataan, akan menghapus tiket murah. Dan siap mengalihkan penumpang yang menggunakan jasa tiket murah kepada armada kereta api.
Salah? Jelas salah, donk.

Tiket murah hubungannya ke pelayanan. Bukan ke kualitas penerbangan. Karena untuk maskapai penerbangan, pesawat dan perawatannya itu punya standar yang tak bisa ditawar. Tidak terpenuhi, dijamin dicabut izin beroperasinya. Sedangkan soal tiketnya kenapa murah, karena tidak ada biaya yang mesti disiapkan maskapai untuk memberikan pelayanan dan berbagai fasilitas mewah. Maskapai penerbangan dengan tiket murah, tujuannya hanya satu, memastikan soal penumpang sampai ke tempat tujuan. Kalau mau cari kenyamanan, duduk enak, makanan mewah, layanan berkelas. Silahkan naik maskapai lain. Dan bayar tiket beserta layanan itu.

Yang lebih asyik lagi, pengalihan ke kereta api. Jadi pertanyaan, berapa luas jangkauan jaringan kereta api di negeri luas bernama Indonesia ini? Kami di Aceh saja, sempat merasakan punya kereta api itu dulu, sebagian besar dalam rentang waktu ketika masa penjajah Belanda berusaha keras menguasai Aceh, sebegitu kerasnya sampai mencatat Perang Aceh, sebagai salah satu perang yang paling mahal dan merugikan Belanda. Ketika Indonesia terbentuk, dan Aceh bergabung dengan Indonesia, malah kereta api secara bertahap menghilang. Tinggal sepotong-sepotong.

Itu baru soal jaringan rel kereta dan fasilitasnya. Belum lagi kalau dibahas soal jarak antar pulau, penyeberangannya bagaimana?

Ini asli Gagal Fokus yang luar biasa.

Fokus masalahnya, untuk kasus ini, adalah pembenahan layanan transportasi publik. Karena tanpa berbagai kecelakaan pun, masalah kualitas layanan publik memang sudah masuk ke tahap, mengerikan. Tapi sering betul yang dilakukan hanyalan jalan pintas, yang bahkan tak jarang tanpa kajian ilmiah apapun.

Indonesia memang negeri yang sedang mengalami gagal fokus nasional. Gangguan parah, yang semakin parah dengan hadirnya para pengobar api perdebatan. Diberbagai media sosial, banyak orang yang dengan sengaja menebar perpecahan, perdebatan, mengompori permusuhan dan lainnya. Sayangnya, masyarakat Indonesia, adalah masyrakat pemula dalam bersosial media.

Ditambah lagi dengan masih belum hilangnya eforia kekebasan berpendapat, yang mendadak dimiliki oleh masyarakat, setelah puluhan tahun tak tahu kemana harus menyuarakan isi pikirannya yang jenuh dengan berbagai beban hidup. Social media dan perkembangan teknologi selular, tiba-tiba menyediakan tempat untuk eksis. Tempat untuk bicara. Tempat untuk meneriakkan uneg-uneg. Atau sekedar pelampiasan karena dalam kehidupan nyata mungkin tidak dianggap ada.

Maka terbukalah forum debat dimana-mana. Dibumbui caci maki, dan akhirnya berujung dengan kebencian. Ironisnya, kebencian yang sering sekali muncul dari dunia maya, dengan seorang yang tidak dikenal secara fisik, hanya nama diujung lain dari sinyal, malah ditumpahkan kepada orang nyata yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Gagal Fokus. Bukan hanya soal transport. Ada banyak betul yang jadi masalah. Termasuk juga satu hal kecil. Kebiasaan kita, yang sekarang terlatih untuk mencari yang jelek, yang tidak baik, yang buruk. Fokusnya semestinya kan cari solusi. Karena sangat mudah untuk mengkritik, tapi jauh lebih sulit untuk mengkritik dan mencoba beri solusi.

Seperti minum bandrek. Minuman tradisional yang enak diminum ketika dingin udara atau tenggorokan tak nyaman, bisa juga saat masuk angin. Tak perlu jadi orang pintar untuk menikmati bandrek, dan tidak bermasalah dengan mesti menengadah, menunggingkan gelas, menepuk-nepuk agar kacangnya turun tak melekat di dasar gelas.

Kalau sejak awal fokusnya kacang, maka mestinya ada kesadaran untuk ambil tindakan. Menjelang teguk terakhir, pintar-pintarlah mengaduk airnya. Hingga kacang bergerak, terangkat dari dasar gelas, dan ikut tegukan terakhir.

Fokus bangsa ini, harusnya di soal kerja perbaikan. Karena tak sulit lagi cari kesalahan, sudah banyak yang mencarikannya.





[1] Kalau ada kesalahan secara tata bahasa harap maklum, saya kurang ahli bahasa Inggris.
[2] Ini masih mungkin ya, belum dilakukan pembuktian dengan empat tahapan metode ilmiah. Maaf juga kalau mungkin gak up to date, istilah-istilah ini semuanya hanya numpang lewat bagi saya. Tidak jadi pengetahuan wajib.
[3] Karena lagi-lagi yang kena Malaysia, beberapa teori bermunculan. Termasuk upaya melemahkan Malaysia sebagi kekuatan Islam di asia tenggara. Kebetulan berdasarkan beberapa analisa, Indonesia dianggap sudah kekurangan kekuatan, karena berbagai permasalahan internal dalam pemerintahan dan hukum.

Post a Comment

Start typing and press Enter to search