Thursday, November 30, 2017

Kerja Kecil Kita

www.pixabay.com | oldiefan

Masih memikirkan hal-hal kecil. Dan sejujurnya tidak tahu apa yang memicunya. Bisa jadi karena film di salah satu channel ilmu pengetahuan yang saya lihat minggu lalu. 

Tentang sejenis udang yang berada di posisi bawah dalam rantai makanan. Tak ada prestasi istimewa, dia bukan paus yang punya fisik mencengangkan. Bukan lumba-lumba yang dianggap cerdas. Kerjanya hanya membersihkan terumbu karang tempat tinggalnya. Memunguti sisa-sisa makanan. Tapi siapa sangka. Ketika populasi mereka menurun, kondisi karang memburuk. Tak ada yang menjaga kebersihannya sehingga mulai rusak.

Bisa juga karena melihat film dokumenternya BBC, Blue Planet II. Tentang sampah plastik yang meracuni lautan. Bahkan penguraian plastik yang menjadi mikro plastik kini telah menjadi racun yang mengendap dalam tubuh mahluk laut, sampai pada level mematikan. Hingga seekor induk Paus Pilot Sirip Pendek tanpa sadar meracuni dan membunuh bayinya karena air susunya tercemar mikro plastik.

Udang yang mengerjakan hal kecil. Mikro plastik, pencemar yang berukuran sangat kecil. Hal-hal kecil yang ketika berakumulasi, menjadi suatu hal besar.

Masih ingat postingan lama saya, Karena Anti Mainstream Sudah Mainstream, ya saya rasa soal hal-hal kecil ini pun sama.

Lihat di luar sana, banyak orang berjuang untuk melakukan hal-hal besar. Hal-hal yang dicatat sejarah. Hal-hal yang memajang nama di dinding ketenaran.

Bukan berniat merendahkan diri kita. Saya hanya berpikir, kita mungkin tidak ditakdirkan untuk menjadi mereka. Karena kita punya peranan lain.

Alih-alih bergema dengan hal besar. Kita mungkin berperan dalam menjaga hal-hal kecil. Hal-hal sederhana, yang tidak disinari lampu sorot tapi sebenarnya bagian penting dari peradaban ini.

Kalau mau jujur. Dibalik para motivator atau inspirator hebat itu, ada banyak penjaga hal kecil yang menopang mereka.
Kurir yang mengantar makanan cepat saji ke rumah mereka, warung kopi kampung yang menyediakan kopi murah terjangkau sehingga punya doping saat bergandang menulis buku.

Atau dalam kehidupan mahasiswa, seperti si bibik yang dengan senyum membuatkan pesanan kita -- lontong kosong pakai kuah dan kerupuk saja -- saat uang di kantong berada dalam kondisi kritis stadiun empat. Petugas kebersihan kampus yang berbaik hati menunggu dan tidak mengunci pintu saat kita harus mengerjakan tugas Lab. sampai malam, padahal dia sudah lewat jam kerjanya.

Tetangga di kampung yang datang bergotong royong ketika ada tahlilan di rumah. Petugas kebersihan -- bukan tukang sampah, kan mereka yang mengumpulkan sampah, bukan yang nyampah -- yang gajinya selalu tidak sampai akhir bulan, tapi seminggu mereka libur bisa berantakan kota (anggota dewan saat ini masih kalah soal efek, libur sebulan juga ga terlalu berpengaruh)

Dan banyak lagi.

Kenyataannya memang begitu. Ada banyak pencapaian besar, yang justru bermula dari fokus mengerjakan hal kecil.

Misalnya ojek online, terlepas dari berbagai masalah dengan ojek konvensional, mereka sebenarnya bermula dari ide sederhana. Kebutuhan kendaraan yang bisa diminta ke rumah dengan biaya murah. Dan banyak hal-hal kecil lainnya yang kemudian menjadi besar.

Mungkin ini saatnya kita mengubah target. Bukan soal mencapai hal besar, tapi soal mengerjakan apa yang bisa dikerjakan, sekecil apapun itu, sebaik mungkin.

Kita tidak bisa menanam 1000 pohon. Tapi sebatang pohon sebulan sekali itu juga punya nilai.

Kita tidak bisa membuat aksi boikot kantung plastik, tapi kita bisa mengurangi pemakaian kantung plastik untuk diri kita dan mengumpulkan sampah plastik lalu menjadikannya eco-brick.

Kita bukan ketua partai politik, tapi bisa jadi anggota yang berusaha melakukan hal baik untuk masyarakat sekitar.

Kita bukan ustadz, ulama, dai. Tapi bisa berbuat dengan cara menjadikan diri sendiri sebagai contoh umat Islam yang sebenarnya.

Ada kawan bikin aksi seribu puisi untuk perdamaian. Kita? Nulis puisi terakhir kalinya saat SMA itu pun pas patah hati, 20 tahun lalu (iya saya sudah bukan remaja lagi), jadi gantinya bikin aksi pribadi selesai acara puisi itu, mengumpulkan sampah yang berserakan lalu membuangnya.

Ada banyak Hal-hal kecil yang lain. Yang sebenarnya adalah pondasi peradaban dan penopang banyak hal besar. Hal-hal kecil yang bisa dilakukan siapa saja. Dan meskipun tidak diberi piala, kerja-kerja kecil itu bernilai besar.

Ah, saya nulis apa ini. Lagi-lagi melantur. Semua yang saya tulis ini pastilah sudah biasa dan dipahami betul oleh kalian. Malah mungkin sudah dilakukan sejak lama.

Post a Comment

Start typing and press Enter to search