Friday, October 27, 2017

Lebih Mudah Jadi Backpacker Sekarang


Saya masih ingat, masa ketika menjadi Backpacker itu tidak semudah sekarang. Waktu itu banyak yang harus mengandalkan peta biasa. Bukan peta digital, tapi peta kertas, yang lebar dan harus dilipat, serta dijaga baik-baik agar tidak koyak.

Cukup beruntung pada beberapa perjalanan, berjumpa dengan sesama backpacker yang hendak melanjutkan perjalan ke negara lain. Dan berbaik hati memberikan peta yang sudah dilengkapi catatan-catatan mereka. Sangat membantu.

Pada saat itu belum ada aplikasi peta, bahkan ponsel cerdas adalah barang sangat langka. Kalaupun ada, level 'cerdas' nya tidak secerdas ponsel sekarang.

Kalau kota yang dikunjungi cukup besar dan terkenal (serta berada di negara yang menganggap penting soal peta) seperti New York, Paris, Ottawa, ataupun Tokyo, mungkin mendapatkan peta yang lengkap dengan keterangan berbagai tempat penting terbilang mudah. Ada dicantumkan apotek, restoran, hotel, dan sebagainya. Cukup detil.

Tapi lain cerita bila yang dikunjungi kota kecil. Contohnya di Indonesia saja. Saat itu, jangan harap ada peta Takengon, ibukota Kab. Aceh Tengah, yang cukup lengkap untuk dijadikan pegangan. Banda Aceh yang ibukota provinsi saja sulit.

Sekarang, ceritanya beda. Aplikasi peta di ponsel cerdas menyajikan peta yang sangat lengkap. Memang kadang tidak akurat tapi sangat membantu. Bahkan dengan dilibatkannya orang banyak sebagai kontributor, peta-peta digital itu bisa membantu menjawab pertanyaan yang remeh tapi penting seperti "Lontong sayur." 
Itu baru soal peta. Belum lagi bila membahas keberadaan media sosial yang sangat membantu untuk menemukan tempat-tempat menarik di suatu kota atau wilayah. 

Atau mungkin ada yang mau membandingkan antara kamera ponsel saat ini dengan masa ketika harus membawa kamera, yang harus di 'engkol' sebelum di jepret maupun yng otomatis, tapi sering hasil fotonya baru ketahuan tidak bagus setelah dicuci.

Jujur, saya merasa saat ini menjadi backpacker itu jauh lebih mudah. Perkembangan teknologi semakin menciptakan dunia yang lebih mudah bagi sebagian besar kita. Sayangnya, semakin banyak juga yang kehilangan makna melakukan perjalanan.

Bukan sekedar pergi wisata manis manjaaah, bukan sekedar pergi ke pusat perbelanjaan, atau hura-hura yang tidak bisa didapatkan di kampung halaman.

Bagi saya, sebuah perjalanan yang berharga dan memiliki nilai adalah perjalanan yang memberikan sumbangan wawasan bagi diri kita. Mengetahui tempat-tempat baru, menyelami perbedaan, mempelajari kehidupan dalam warna yang berbeda (dan tidak harus ikutan terwarnai hingga merusak warna sendiri). Perjalanan harusnya jadi semacam 'kuliah kehidupan' yang memberikan peningkatan buat diri kita.

Tapi begitulah, sayangnya tidak semua menilai perjalanan seperti itu. Bagi sebagian orang, perjalanan hanya sekedar waktu hura-hura, belanja, dan -- pada beberapa orang -- waktu melarikan diri dari kenyataan.

Ah, ini tulisan asal. Tidak jelas ujung pangkalnya. Hanya sekedar pelepasan ide yang melintas tadi. Ketika teringat, jadi backpacker sekarang sebenarnya lebih mudah dibandingkan dulu.
  1. Udah mudah pun, sekarang tetap susah jalan bang *ingat umur haha

    ReplyDelete
  2. Pergeseran-pergeseran nili dan tata cara itu emang ga bisa dibendung kayaknha ya bang. Semakin maju teknologi dan perubahan suatu tren memengaruhi banyak hal termasuk cara traveling. Makna dari label backpacker pun sekarang kayaknya juga sudah bergeser. Sudah ga kayak dulu lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, Backpacker sekarang udah sekelas koper hehehe. Mahalan gaya Backpacker dari yg dulu dianggap kaum elit (koper vs ransel)

      Delete

Start typing and press Enter to search