Friday, October 23, 2015

Merindukan Facebook Yang Dulu

Akhir-akhir ini semakin terasa. Rindu. Yang dalam dan terasa menenggelamkan. Dengan segala caci maki politik, agama yang dipelintir, ajaran-ajaran dan ajakan yang memecah belah. Rasanya saya semakin rindu dengan laman Facebook yang dulu.
Ketika timeline itu isinya masih hal-hal sehari-hari. Candaan sesama teman. Olok-olok tentang kejadian konyol saat ngopi. Atau bergelak tawa gara-gara gaya narsis teman yang lain.

Hal terbesar dan terberat, mungkin curhat gaul atau diskusi tentang film yang awalnya keren luar biasa, tapi ujungnya malah garing.

Tak bisa tidak. Saat ini membuka laman jejaring sosial berarti membanjiri diri dengan berbagai informasi yang hanya membuat kepala semakin berat. 

Dari orang yang mengaku memperjuangkan agama Islam, dengan pintar memutar hadits dan ayat, tapi membenarkan agama di campur aduk, pernikahan antar agama dgn aturan tdk jelas, menebar perpecahan.

Atau konflik politik bodoh, warisan pilpres. Hingga bencana skala nasional pun bukannya diselesaikan, malah sibuk saling cela. 

Belum lagi hilangnya adab dan tata krama dalam bersosial media. Bahasa kasar, adab buruk, membinatangkan orang lain, dan banyak lagi.

Unfriend kan saja kata seorang teman. I wish it will that simple, mate. Sayangnya gak segampang itu juga. Lingkaran pertemanan yang membuat segalanya sulit, dihapus di sini, muncul di sana. Menutup akun? bukan solusi, karena jejaring sosial sebenarnya kebutuhan hidup, untuk mengetahui perkembangan dan kabar di luar sana.

Saya rindu Facebook yang dulu.
  1. Cieee bang ayed curcol.. Kayaknya ini jatah wall fb kan ya?? Tp takut ribut geser ke blog? Hihihi

    ReplyDelete
  2. Cieee bang ayed curcol.. Kayaknya ini jatah wall fb kan ya?? Tp takut ribut geser ke blog? Hihihi

    ReplyDelete
  3. Hahaha, preeeeeet. Bukan takut yud, kepanjangan kalo di wall. lagian dah lama gak ngapdet.

    ReplyDelete

Start typing and press Enter to search