Wednesday, February 6, 2013

Menanamkan Data Dalam Ingatan

Dukung No.3 ya, ujar seorang teman ketika mensosialisasikan target partainya untuk meraih 3 besar di 2014 nanti. Dilain kesempatan melalui pesan singkat, juga tertulis kalimat yang kurang lebih sama, dukung No.3 ya.

Ketika mempelajari Public Speaking, salah satu hal pertama yang diingatkan adalah cara menanamkan data dalam ingatan pendengar. Dibagi atas lima metode dasar yaitu; 1. Efek awal yang kuat, 2. Pengulangan, 3. Cara yang tidak biasa, 4. Keterlibatan pribadi, dan 5. Efek akhir yang kuat.

Banyak yang tidak menyadari bahwa cara paling efektif untuk menanamkan data dalam ingatan pendengar/pembaca adalah dengan melakukan pengulangan kata kunci secara rutin.
Salah satu iklan televisi/atau radio yang paling saya benci adalah iklan obat batuk. Iklannya sangat singkat, hanya beberapa detik, dan intinya hanya mengucapkan kata "... kalau batuk di komix aja." Namun iklan itu di ulang sampai tiga kali berurutan.

Akibatnya sampai hari ini kalimat iklan yang populer di periode awal kebangkitan TV swasta di Indonesia, sekitar awal 90'an itu masih tertanam di otak saya.

Seperti juga kebiasaan masyarakat Aceh, yang menyebut motor merek manapun dengan Honda, dan kebingungan pendatang di Aceh, ketika mendengar istilah kereta sebagai salah satu pengganti sebutan motor, karena mungkin di daerah asalnya, mereka menggunakan istilah kereta untuk menyebut kereta api.

Semua itu adalah hasil dari proses pengulangan kata kunci dalam rentang waktu yang panjang. Berbagai contoh dapat kita temukan, Indomie untuk mie instant, Rinso untuk detergen, Odol dan Pepsodent untuk pasta gigi, Kijang untuk toyota, dan banyak lagi.

Source: dallasnews.com
No.3, sebuah angka sederhana dan biasa. Namun saya jadi membayangkan, bila terus diulang dan diulang maka akan tertanam 'pilih No.3' dan bayangkan hasilnya bila dalam pemilu ternyata partai itu mendapat nomor urut 4. Pemilih yang sudah tertanam dalam ingatan bawah sadarnya pilih nomor tiga, bisa jadi akan salah memilih.

Pilihan raya di Aceh sudah pernah membuktikan ketika sebuah partai baru mendapat perolehan suara yang cukup besar. Ketika itu pemilihan pertama setelah runtuhnya orde baru, dan pemilihan terakhir yang diikuti Timor Timur (sekarang Timor Leste). Tahun 1999, 48 partai bertarung.
Partai Krisna, Kristen Nasional Indonesia, berlogo pohon cemara dengan latar kuning dan no urut 2, mendapat suara (walau tidak banyak) dibeberapa wilayah di Aceh, yang masyarakatnya nyaris 100% beragama Islam. Hal unik ini terjadi karena dalam bawah sadar masyarakat masih terbiasa memilih no.2. Tentunya pengaruh 'dianjurkan' untuk memilih golkar selama bertahun-tahun. maklum juga, sebelum itu, hanya ada PPP, Golkar dan PDI.

Menanamkan data, namun salah, hasilnya akan cukup menarik :)

Saya mengirimkan sms untuk teman yang meminta dukungan itu, "Sukses 3 besar." bukan no.3.

Post a Comment

Start typing and press Enter to search